Laman

Minggu, 27 Desember 2009

Fenomena Bunuh Diri di Mall




Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini mengundang sebuah pertanyaan. Tercatat ada lima kasus bunuh diri dalam sepekan dan tiga diantaranya dillakukan dengan cara melompat dari lantai atas pusat perbelanjaan.

Modus bunuh diri dengan cara melompat dari lantai atas pusat perbelanjaan ini seperti menjadi tren. Mengapa korban begitu nekad mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari ketinnggian. Menurut psikologi klinis dari fakultas psikologi Universitas Indonesia, Dra Yati Utoyo Lubis MA. PhD fenomena bunuh diri di mall adalah bukti bahwa para korban ingin mencari pilihan yang mudah dan cepat dalam melepaskan nyawa.

Gedung bertingkat atau lantai atas pusat perbelanjaan menjadi pilihan ideal bagi para korban karena di tempat-tempat seperti ini mereka yakin bahwa upaya bunuh diri akan berhasil.

"Mereka yang ingin melakukan bunuh diri akan mencari cara yang paling gampang. Memotong pembuluh darah mungkin akan terasa sakit dan belum tentu akan selesai. Mungkin yang paling gampang adalah melompat dari ketinggian. Mereka mencari tempat yang pasti akan berhasil, jaadi dicarilah gedung-gedung bertingkat. “ ujar Yati “.
Menyoal apakah kasus bunuh diri beruntun ini karena para pelaku terilhami oleh kasus sebelumnya, Yati tidak dapat memastikannya. Akan tetapi Yati mengakui bahwa fenomena bunuh diri juga dapat dipicu oleh suicide contagion atau bunuh diri yang menular.

"Pernah ada sebuah penelitian di Amerika Serikat bahwa di kalangan remaja terjadi suicide contaigion. Mereka melakukan bunuh diri hanya untuk mencoba-coba dan membuktikan dirinya hebat, “ ujar Yati “.
Fenomena bunuh diri yang menular dapat pula dipicu oleh pemberitaan media yang tidak proporsional. Media yang memuat foto korban secara lengkap atau yang mengungkap secara detail teknik korban melakukannya. Hal ini akan memunculkan preokupasi (pikiran berulang) bunuh diri, dan tidak menutup kemungkinan akan memberi ilham metode pelaksanaan bunuh diri.

COMMENT :
Menurut saya orang yang bunuh diri itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya, tapi coba lihat orang-orang di sekitarnya seperti orang tua, adik, kakak, atau teman-teman dekat mereka. Karna saya pernah dengar seorang psikolog bilang bahwa faktor terbesar seseorang melakukan bunuh diri adalah dari faktor keluarga atau orang terdekat. Mungkin pelaku selama bertahun-tahun memendam rasa yang tidak sesuai dengan keinginannya dan sudah tidak tahu lagi akan berbuat apa dan juga tidak ada teman yang dapat dijadikan tempat untuk berbagi, maka mereka secara sadar melakukan perbuatan yang mereka anggap dapat menyelesaikan semua beban masalah yaitu “BUNUH DIRI”.

Sekarang ini yang jadi permasalahan, kenapa mereka memilih tempat keramaian untuk melakukannya? Yupz….Mungkin salah satu faktor pemicu perbuatan mereka adalah tidak adanya atau kurangnya perhatian, support, dan nilai untuk mereka sehingga mereka berfikir dengan cara seperti itu. Mereka akan mendapat perhatian dari orang sekeliling mereka. Jadi, mulai sekarang coba deh jaga kekeluargaan maupun pertemanan kita karena belum tentu orang orang yang kita anggap kita kenal dan kita perhatikan merasa sudah cukup dapat perhatian, karena imbang perasaan ketertarikan dan kepuasan seseorang itu beda-beda dan cobalah untuk mengenal diri sendiri, apakah ada yang salah atau jika masalah yang tidak terselesaikan coba deh buka diri kalian untuk berbagi keluh kesah baik dengan keluarga atau sahabat karena tidak menutup kemungkinan diantara keluarga, teman, maupun kalian sendiri berpotensi untuk melakukan hal “tersebut” we don’t know it…………..

Sumber:
Kompas.com

Tidak ada komentar: