Laman

Kamis, 08 Oktober 2009

Anak Pemulung Yang Lemah Mental

Anak Pemulung Yang Lemah Mental

Di dekat perumahan saya ada keluaraga pemulung, mereka berjumlah tiga orang dengan satu anak perempuan yang berusia 15 tahun, nama anak itu wati. Saya baru mengetahui bahwa anak itu lemah mental. Saya berusaha mencari tau tentang dia dari tetangga lain ataupun melihat kehidupannya dari jauh. saya berusah mencari tau tentang dia, kebetulan rumah dia tidak terlalu jauh dari rumah saya, jadi saya bisa sedikit mudah melihat kehidupannya.
Hari kamis tanggal 8 oktober 2009, hari ini saya mulai mengamati kehidupan gadis itu mulai dari pagi, pagi-pagi sekali sekitar pukul 07.00 saya sudah melihat dia di depan rumah saya, dia dengan ayah dan ibunya sedang mengambil sampah yang ada di tong sampah depan rumah saya, saya memperhatikan gadis itu ternyata dia tidak ikut mengambil sampah-sampah yang ada, dia hanya berdiri sambil senyem-senyum kepada setiap orang yang lewat, watipun menyapa orang yang lewat itu dengan menggunakan bahasa jawa tetapi saya tidak bisa mengerti apa yang ia katakana, saya jadi ingat kata-kata tetangga saya bahwa wati berasal dari jawa dan hanya bisa menggunakan bahasa jawa. Setelah itu saya melihat wati dan orang tuanya pergi, mungkin mereka mau memulung di tempat lain
Sekitar pukul 12.00 saya melihat wait lewat di depan rumah saya, dia pasti telah selesai memulung. Diam-diam saya mengikuti mereka dari jauh. seampainya dirumah wati duduk di depan rumahnya, ibunya pun masuk kerumah dan mengambil sebuah mangkok, ibu wait pergi kerumah tetangganya, ternyata ibu Wati meminta sedikit beras kepada tetangganya dan ibu itupun mendapatkan sedikit beras dari tetangganya. Saya pun pergi kerumah tetangganya dan bertanya apakah keluarga Wati sering meminta beras kepada ibu? “kata ibu itu mereka memang selalu minta kepada tiap tetangga kalau mereka tidak punya uang untuk membeli beras, tetapi tidak terlalu sering. Setelah itu saya kembali mendekati rumah Wati, ternyata ia sedang di suapi makan oleh ibunya, Wati hanya makan dengan nasi. Wati di suapi ibunya karena dia memang tidak bias melakukan apa-apa seorang diri.
Setelah makan wait masuk kerumahnya. Saya berdiri di dekat rumah Wati sekitar satu jam tetapi Wati tidak terlihat keluar rumah, saya piker mungkin Wati sedang tidur siang. Tidak lam kemudian say melihat Wati keluar ruma sambil berlari, ia pun berdiri di depan rumahnya. Ternyata Wati buang air kecil sambil berdiri. Saya melihat ada darah waktu Wati buang air kecil ternyata Wati sedang datang bulan. Ibunya wait keluar rumah dan mengajak Wati masuk kerumah saya jadi ingat cerita tetangga saya bahwa Wati kalau buang air kecil harus di Bantu oleh ibunya, bahkan kalau Wati datang bulanpun ibunya yang mengurusi semua.
Saya pun mengakhiri pengamatan saya pada pukul 15.00 karena saya rasa saya sudah mendapatkan hal-hal penting dalam kehidupan Wati. Saya sangat merasa terharu melihat kehidupan gadis itu. Ia memiliki keluarga yang ekonominya sangat kekurangan dan saya sangat bangga melihat ibuny Wati karena dengan kondisi kehidupanyya yang sekarang ia masih tetap mau mengurusi anaknya dengan ikhlas.

Ditulis oleh : Aryanti ( 10508250)
Kelas : 2PAO5
Mata kuliah : psikodiagnotik

Tidak ada komentar: