Laman

Selasa, 01 Juni 2010

Penyebab Bunuk Diri Pada Anak

Kasus-kasus bunuh diri pada anak semakin banyak dari hari-kehari. Kasus pertama yang mencuat di masyarakat yang saya ingat adalah kasus Heryanto (12 tahun), siswa kelas VI SD di Garut Jawa Barat, yang mencoba bunuh diri pada tahun 2004 karena malu tidak mampu membayar uang keterampilan sebesar Rp. 2.500,-. Kasus-kasus lain, tidak tertutup kemungkinan, banyak terjadi sebelum kasus Heryanto, tetapi tidak banyak terekspos oleh Media. Kasus yang terbaru mengenai percobaan bunuh diri pada anak yang terekspos media adalah kasus seorang anak yang bernama Heri Setiawan, 12 tahun, yang disinyalir sering melihat tayangan Master Limbad yang kemudian ditemukan tergantung di ranjang tingkat (12/09). Akan tetapi kasus ini masih jadi perdebatan pihak Komnas Perlindungan Anak dan KPI.

Di sisi lain, Limbad membantah menjadi penyebab kematian penggemarnya tersebut. Karena menurutnya yang patut disalahkan adalah orang tua yang tidak dapat menjaga anaknya

FAKTOR PENYEBAB

Menurut Sekretaris Jenderal Komnas PA, Arist Merdeka Sirait.pada suatu wawancara menyebutkan bahwa anak akan meniru dan merasakan apa yang ia lihat dalam tayangan televisi. Seperti contoh kasus yang pernah terjadi ketika maraknya tayangan “Smack Down” di salah satu televisi swasta. Sebanyak 32 anak jadi korban karena meniru adegan itu. Sekarang ada adegan kekerasan Limbad dan kembali makan korban.Menurutnya juga, bahwa anak berpikir seolah-olah adegan itu patut dilakukan. Kasus bunuh diri juga meniru adegan di televisi. Menonton tayangan-tayangan remaja, lalu lakukan perkosaan,”

Komnas PA juga menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian dari tahun 2006 hingga akhir 2009, terungkap sebanyak 68 persen tayangan di 13 stasiun televisi yang menjurus pada tayangan produksi lokal yang mayoritas mengandung kekerasan.

Dalam Media Indonesia Online edisi 17 Juni 2004 disebutkan salah satu penyebab anak nekat bunuh diri karena meniru tayangan televisi. Perilaku meniru tayangan televisi disertai tekanan batin dan kurangnya perhatian menjadi faktor penyebab anak-anak cenderung nekad bunuh diri.

Seorang ahli Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr Mohammad Chotib menyebutkan tayangan televisi memang bukan faktor utama tetapi sangat memegang peranan penting sehingga anak-anak selalu meniru jika dalam kondiei tertekan. Kuncoro dan Suprawimbardi dari Psikologi Pendidikan UGM dan Mujiran dosen Psikologi Univ. Negeri Padang menyebutkan hal yang sama. Televisi sering kali menayangkan korban bunuh diri secara jelas. Menurut Kuncoro, faktor penyebab bunuh diri pada anak itu karena dipengaruhi modeling (ada model yang ditiru) dan kurangnya perhatian orang tua. Mujiran menambahkan bahwa faktor kerapuhan emosional anak juga mempengaruhi. Mereka terinspirasi tayangan di media elektronik yang menginternalisasi pola pikiran anak. Chotib menyebutkan bahwa cara berpikir anak masih lugu, mereka hanya bisa melihat, mendengar, tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Menurut Kepala bagian Ilmu kedokteran Jiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Warih Andan P dalam Antaranews.com (7/01) bahwa sebagian besar orang yang melakukan bunuh diri akibat depresi dan tidak mampu beradaptasi dengan stressor.
“Depresi merupakan perubahan alam perasaan, tanda-tandanya antara lain sedih berlebihan, minat terhadap apa pun menurun, energi berkurang, lemas, dan malas,” katanya pada diskusi fenomena bunuh diri di Indonesia dan penyebabnya.
Ia mengatakan pelaku bunuh diri berusia antara 15-35 tahun dan lanjut usia (lansia). Pada usia 15-35 tahun sebagian besar pelaku bunuh diri adalah remaja.
“Banyak stressor atau hal-hal yang dapat menimbulkan stres pada remaja. Misalnya, timbul perasaan rendah diri karena tidak memiliki handphone seperti teman-temannya, atau diejek teman-temannya yang kemudian menyebabkan depresi,” katanya.
Ia mengatakan stressor akan ada sepanjang hidup, sehingga gangguan jiwa maupun bunuh diri tidak bisa dicegah dengan menghilangkan stressor.
Namun, kata dia, bunuh diri dapat dicegah dengan membuat orang memiliki kepribadian yang matang atau kuat. Kepribadian yang matang, menurut dia bisa dimulai sejak kecil atau anak-anak. Anak-anak merupakan bakal awal sehingga lingkungan berpengaruh dalam menentukan kepribadian seseorang. Ia mengatakan jika dari kecil selalu melihat orang yang melampiaskan kemarahan dengan membanting barang-barang di sekitarnya, maka dia juga akan belajar melakukan hal yang sama.

Pusat Psikiatri Universitas Texas (2007) dan sumber lain menyebutkan faktor-faktor penyebab bunuh diri pada anak usia belasan tahun, antara lain:

-Masalah orangtua (broken home)
-Kekerasan dalam keluarga
-Dipermalukan teman di sekolah dan tempat bermain (bullying, pelecehan)
-Masalah ekonomi keluarga
-Diabaikan oleh keluarga dan teman
-Putus hubungan dengan kekasih
-Depresi

Disebutkan juga bahwa pendorong terjadinya tindakan bunuh diri itu biasanya kombinasi dari beberapa faktor penyebab di atas.

Perilaku pelecehan, penindasan dan penghinaan yang diterima oleh anak dapat terjadi baik di dalam rumah maupun di lingkungan sekitarnya, seperti sekolah dan tempat bermain. Beban malu dan perasaan tertekan yang terus menerus akan mengarah pada kondisi stress dan depresi, yang akhirnya membuat sang anak merasa lebih baik mengakhiri hidupnya. Pikiran negatif yang timbul di dalam benak anak akan semakin parah bila tidak ada seseorang yang bisa dijadikan tempatnya mengadu dan berlindung.

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/08/sebenarnya-aku-tak-akan-bunuh-diri-jikathe-scene-behind/

Tidak ada komentar: